Konsep
sehat itu apa..???
Pada dasar nya
kita sebagai manusia memiliki kesamaan dengan mahluk lain nya seprti
Tumbuh besar
,berkembang tidak normal, normal, dan menghadapi kematian ,
Jadi konsep sehat
adalah suatu struktur atau bisa dibilang seperti susunan yg mempunyai tujuan yg
positif atau yg dibilang sehat,
Contoh:
·
Cacat – sehat mental : Teman saya yang
cacat mental tetapi selalu berpikir possitif dan enjoy menikmati keseharian nya
·
Fisik sehat – mental terganggu: Seperti
orang gila yang tidak memikirkan diri nya sedangkan orangyang terganggu Kejiwaan
nya dapat berfikir mngenai diri nya .
Definisi
Secara luar\ jasmani Mengarah
pada jasmani secara fisik tidak kekurangan apapun
Secara dalam \ emosi
·
Disiplin Orang yang mampu mendisiplinkan
diri.
·
Destriminasi Dapat membuat keputusan
sendiri .
·
Mandiri Belajar segala sesuatu dengan
sendiri nya ata autodidak.
·
Spiritual Secara jiwa pikiran nya di
anggap positif , tidak di luar batas kewajaran hingga dapat berfikir rasional .
Sosial
·
mampu bekerja sama
·
menghargai perbedaan sesama
·
memiliki hubungan sosial denga orang
lain
·
dapat saling tolong menolong sesama
manusia
Intelektual
·
denial Menolak tindakan yang
bertentangan dengan kenyataan yang tidak menyenangkan
·
fantasi Realitas yang tidak baik di persepsikan
menjadi sesuatu yang menyenagkan
·
Projection Memberikan pengalaman atau
ingatan yang tidak menyenangkan didalam dirinya pada orang
lain atau hal lain.
·
Kompensasi
Tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikan kekurangan yang dirasakannya.
·
Pengetahuan Daya nalar seseorang yang
berbeda-beda baik dalam
Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Kesehatan mental? jika
mendengar dua kata tersebut, mungkin banyak orang yang belum mengerti apa itu
kesehatan mental dan bagaimana asal usul atau sejarahnya sampai ada
pembelajaran tentang kesehatan mental khususnya bagi ilmu psikologi.
Sejarah kesehatan
mental tidak seperti sejarah ilmu kedokteran yang dengan jelas tergambarkan.
Hal itu disebabkan karena “Mental” adalah sesuatu yang tidak dapat dengan jelas
terlihat oleh kasat mata. Sedangkan gangguan fisik dapat dengan mudah kita
lihat dan dapat dengan mudah terdeteksi. Individu yang terkena gangguan
kesehatan mental sangat sulit untuk diketahui, bahkan bagi orang terdekatnya
sekalipun. Karena orang-orang yang terdekatnya hanya menganggap hal itu sebagai
hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Di negara kita
khususnya masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental sampai saat ini belum
terlalu mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu dikarenakan taraf
pendidikan yang masih beragam dan budaya yang beragam pula sehingga membawa
dampak kurangnya kepekaan masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
Berikut ini perkembangan
sejarah kesehatan mental :
GANGGUAN MENTAL TIDAK
DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·
Pada Tahun 1600 dan Sebelumnya Suku asli
Indian khususnya dukun indian menyimpulkan, orang yang mengalami gangguan
mental dapat disembuhkan dengan cara menggunakan kekuatan supranatural dan
menjalani ritual penyucian. Masyarakat indian pada saat itu mengaggap orang
yang terkena gangguan mental itu sebenarnya orang yang kemasukan roh-roh yang
ada di sekitar mereka. Mereka menganggap kalau orang yang bersangkutan telah
melakukan kesalahan sehingga kemasukan roh. Maka dari itu orang Indian tidak
menganggap orang yang terkena gangguan mental itu berarti sakit, sehingga
mereka tetap masih dapat tinggal hidup bersama.
·
Tahun 1692 Sejarah kesehatan mental di
Eropa (Inggris), sedikit berbeda dengan sejarah di waktu sebelumnya. John Locke
(1690), menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang
disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan
tidak masuk akal secara terus menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal
untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.
GANGGUAN MENTAL
DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·
Tahun 1724 Pada abad ke 19, Phillipe
Pinel di Perancis dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan
penanganan manusiawi bagi penderita penyakit mental tetapi kondisinya masih
jauh dari ideal. Phillipe pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi pasien
rumah sakit jiwa. Dia tidak merantai orang yang sakit jiwa.
·
Tahun 1812 Antara tahun 1830-1860 di
Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien skit jiwa. Pada masa ini tumbuh
kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang benar dan
cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk
dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit untuk menggantikan ahli hukum
yang selama itu berperan. Namun karena
penanganan di masa ini banyak menemukan kegagalan, maka tidak lama muncul
terapi pesimisme.
·
Tahun 1843 Kurang lebih terdapat 24
rumah sakit, tetapi hanya ada 2561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani
penyakit mental di Amerika Serikat.
·
Tahun 1908 Ditahun ini seseorang yang
mengalami gangguan mental mendapat penanganan di rumah sakit yang tidak manusiawi
dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dibawah kekuasaan yang tidak terlatih
dan tidak kompeten dirumah sakit.
·
Tahun 1909 Sigmund Freud mengunjungi
Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester,
Massachusetts.
·
Tahun 1910 Emil Kraepelin pertama kali
menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan epilepsi.
·
Tahun 1918 Asosiasi Psikoanalisa Amerika
membuat aturan bahwa hanya orang yang btelah lulus dari sekolah kedokteran dan
menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan
psikoanalisa.
·
Tahun 1930 Psikiater mulai
menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu
treatmen untuk penderita schizofrenia.
·
Tahun 1936 Agas Moniz mempublikasikan
suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara
tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20000 prosedur pembedahan
ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.
·
Tahun 1940 Elektroterapi, yaitu terapi
dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah
sakit Amerika untuk menangani penyakit mental.
·
Tahun 1947 Fountain House di New York
City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.
·
Tahun 1950 Dibentuk National Association
of Mental Health (NAMH) yang nerupakan merger dari tiga organisasi, yaitu
National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan
Psychiatric Foundation.
·
Tahun 1952 Obat antipsikokotik
konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani
pasien schizofrenia dan gangguan mental utama lainnya.
·
Tahun 1960 Obat-obat antipsikotik
konvensional, seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol
simtom-simtom yang positif pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang
nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Media inggris mulai
mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah
mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Segala hal yang
tabu mulai diungkap secara umum.
GANGGUAN MENTAL
DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
·
Tahun 1961 Thomas Szasz membuat tulisan berjudul
The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa
“sakit mental” sebenarnya tidaklah benar-benar “sakit’, tetapi merupakan
tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap
lingkungan.
·
Tahun 1962 Ada 422000 orang yang tinggal
di rumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.
·
Tahun 1970 Mulainya deinstitusionalisasi
massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri
sebagai akibat kurangnya program-program bagi pasien yang telah keluar dari
rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi kembali ke masyarakat.
·
Tahun 1979 NAMH menjadi the National
Mental Health Association (NMHA).
·
Tahun 1980 Munculnya perawatan yang
terencana, yaitu dengan opname di rumah sakit dalam jangka waktu yang pendek
dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.
MELAWAN DISKRIMINASI
TERHADAP GANGGUAN MENTAL
·
Tahun 1990 NMHA memainkan peran penting
dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara
mental dan fisik disable dari diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti
pekerjaan, akomodasi publik, transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan
pemerintah pusat dan lokal.
·
Tahun 1994 Obat antipsikotik atipikal
yang pertama diperkenalkan. Ini merupakan obat antipsikotik baru pertama
setelah hampir 20 tahun penggunaan obat-obatan konvensional.
·
Tahun 1997 Peneliti menemukan kaitan
genetik pada gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan. Berdasarkan
sejarah kesehatan mental tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan
masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental atau sakit jiwa
ternyata berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna
gangguan mental yang berbeda-beda membawa implikasi yang berbeda juga dalam
menangani individu yang terkena gangguan mental. Gangguan mental juga bisa
dinamakan bukan penyakit, tetapi sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah
dipahami oleh masyarakat Inggris. Penderitanya dimasukkan ke dalam penjara. Gangguan
mental pernah dinamaknai sebagai ketidakmampuan untuk berpikir rasional. Orang
yang terganggu mentalnya dipandang memiliki pola pikir irasional. Hal ini
dipengaruhi oleh filsafat rasionalisme dan empirisme yang saat itu memiliki
pengaruh yang kuat di Eropa.
KESIMPULAN :
Sejarah kesehatan
mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan
perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan
mental di dunia Barat, yaitu :
1.
Akibat kekuatan supranatural
2.
Kemasukan roh atau setan
3.
Dianggap kriminal karena memilih derajad kebinatangan yang besar
4.
Dianggap memiliki cara berpikir irasional
5.
Dianggap sakit
6.
Merupakan reaksi terhadap tekanan atau stres, merupakan perilaku maladaptif
7.
Melarikan diri dari tanggungjawab
Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit Tahun 1724 pendeta Cotton Mather
(1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit
jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Tahun
1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah
penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani
pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan
hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Melawan Diskriminasi Terhadap
Gangguan Mental Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman
mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental
sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar
dari sakit ketubuhan terutama otak. Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga
memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan
ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk
melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya.
PENDEKATAN
KESEHATAN MENTAL
(1) Orientasi
Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan
dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa
keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak
mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya
tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah
ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang
gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu
tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu
mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik
kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan
itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya
seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
(2) Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian
diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan
tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan
terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau
tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental
didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang
yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa
jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau
sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan
sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering
melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada
satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan
di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada
orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada
saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental
pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara
keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang
itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus. Dengan
contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal
yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita
tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’
pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas
terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat
yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya
seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita
berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat
mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia
adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya
berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
(3) Orientasi
Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya
gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa
serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar
usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu
tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis,
kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang
menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan
kemampuan sosial.