Sabtu, 23 Maret 2013

TULISAN 1


Konsep sehat itu apa..???

Pada dasar nya  kita sebagai manusia memiliki kesamaan dengan mahluk lain nya seprti
Tumbuh besar ,berkembang tidak normal, normal, dan menghadapi kematian ,
Jadi  konsep sehat adalah suatu struktur atau bisa dibilang seperti susunan yg mempunyai tujuan yg positif atau yg dibilang sehat,
Contoh:
·         Cacat – sehat mental : Teman saya yang cacat mental tetapi selalu berpikir possitif dan enjoy menikmati keseharian nya
·         Fisik sehat – mental terganggu: Seperti orang gila yang tidak memikirkan diri nya sedangkan orangyang terganggu Kejiwaan nya dapat berfikir mngenai diri nya .

Definisi
Secara luar\ jasmani Mengarah pada jasmani secara fisik tidak kekurangan apapun

Secara dalam \ emosi
·         Disiplin Orang yang mampu mendisiplinkan diri.
·         Destriminasi Dapat membuat keputusan sendiri .
·         Mandiri Belajar segala sesuatu dengan sendiri nya ata autodidak.
·         Spiritual Secara jiwa pikiran nya di anggap positif , tidak di luar batas kewajaran hingga dapat berfikir rasional .

Sosial
·         mampu bekerja sama
·         menghargai perbedaan sesama
·         memiliki hubungan sosial denga orang lain
·         dapat saling tolong menolong sesama manusia

Intelektual
·         denial Menolak tindakan yang bertentangan dengan kenyataan yang tidak menyenangkan
·         fantasi Realitas yang tidak baik di persepsikan menjadi sesuatu yang menyenagkan
·         Projection Memberikan pengalaman atau ingatan yang tidak menyenangkan didalam dirinya pada orang 

lain atau hal lain.
·          Kompensasi Tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikan kekurangan yang dirasakannya.
·         Pengetahuan Daya nalar seseorang yang berbeda-beda baik dalam


Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Kesehatan mental? jika mendengar dua kata tersebut, mungkin banyak orang yang belum mengerti apa itu kesehatan mental dan bagaimana asal usul atau sejarahnya sampai ada pembelajaran tentang kesehatan mental khususnya bagi ilmu psikologi.
Sejarah kesehatan mental tidak seperti sejarah ilmu kedokteran yang dengan jelas tergambarkan. Hal itu disebabkan karena “Mental” adalah sesuatu yang tidak dapat dengan jelas terlihat oleh kasat mata. Sedangkan gangguan fisik dapat dengan mudah kita lihat dan dapat dengan mudah terdeteksi. Individu yang terkena gangguan kesehatan mental sangat sulit untuk diketahui, bahkan bagi orang terdekatnya sekalipun. Karena orang-orang yang terdekatnya hanya menganggap hal itu sebagai hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Di negara kita khususnya masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental sampai saat ini belum terlalu mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu dikarenakan taraf pendidikan yang masih beragam dan budaya yang beragam pula sehingga membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat akan pentingnya kesehatan mental.
Berikut ini perkembangan sejarah kesehatan mental :

GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·         Pada Tahun 1600 dan Sebelumnya Suku asli Indian khususnya dukun indian menyimpulkan, orang yang mengalami gangguan mental dapat disembuhkan dengan cara menggunakan kekuatan supranatural dan menjalani ritual penyucian. Masyarakat indian pada saat itu mengaggap orang yang terkena gangguan mental itu sebenarnya orang yang kemasukan roh-roh yang ada di sekitar mereka. Mereka menganggap kalau orang yang bersangkutan telah melakukan kesalahan sehingga kemasukan roh. Maka dari itu orang Indian tidak menganggap orang yang terkena gangguan mental itu berarti sakit, sehingga mereka tetap masih dapat tinggal hidup bersama.
·         Tahun 1692 Sejarah kesehatan mental di Eropa (Inggris), sedikit berbeda dengan sejarah di waktu sebelumnya. John Locke (1690), menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.

GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
·         Tahun 1724 Pada abad ke 19, Phillipe Pinel di Perancis dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi bagi penderita penyakit mental tetapi kondisinya masih jauh dari ideal. Phillipe pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi pasien rumah sakit jiwa. Dia tidak merantai orang yang sakit jiwa.
·         Tahun 1812 Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien skit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit untuk menggantikan ahli hukum yang selama itu berperan. Namun  karena penanganan di masa ini banyak menemukan kegagalan, maka tidak lama muncul terapi pesimisme.
·         Tahun 1843 Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tetapi hanya ada 2561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
·         Tahun 1908 Ditahun ini seseorang yang mengalami gangguan mental mendapat penanganan di rumah sakit yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dibawah kekuasaan yang tidak terlatih dan tidak kompeten dirumah sakit.
·         Tahun 1909 Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.
·         Tahun 1910 Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan epilepsi.
·         Tahun 1918 Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang btelah lulus dari sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.
·         Tahun 1930 Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.
·         Tahun 1936 Agas Moniz mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.
·         Tahun 1940 Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental.
·         Tahun 1947 Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.
·         Tahun 1950 Dibentuk National Association of Mental Health (NAMH) yang nerupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric Foundation.
·         Tahun 1952 Obat antipsikokotik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani pasien schizofrenia dan gangguan mental utama lainnya.
·         Tahun 1960 Obat-obat antipsikotik konvensional, seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Media inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Segala hal yang tabu mulai diungkap secara umum.

GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
·         Tahun 1961 Thomas Szasz membuat tulisan berjudul The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidaklah benar-benar “sakit’, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.
·         Tahun 1962 Ada 422000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.
·         Tahun 1970 Mulainya deinstitusionalisasi massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya program-program bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi kembali ke masyarakat.
·         Tahun 1979 NAMH menjadi the National Mental Health Association (NMHA).
·         Tahun 1980 Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname di rumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.

MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL
·         Tahun 1990 NMHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi publik, transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan lokal.
·         Tahun 1994 Obat antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan. Ini merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan obat-obatan konvensional.
·         Tahun 1997 Peneliti menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan. Berdasarkan sejarah kesehatan mental tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental atau sakit jiwa ternyata berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna gangguan mental yang berbeda-beda membawa implikasi yang berbeda juga dalam menangani individu yang terkena gangguan mental. Gangguan mental juga bisa dinamakan bukan penyakit, tetapi sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah dipahami oleh masyarakat Inggris. Penderitanya dimasukkan ke dalam penjara. Gangguan mental pernah dinamaknai sebagai ketidakmampuan untuk berpikir rasional. Orang yang terganggu mentalnya dipandang memiliki pola pikir irasional. Hal ini dipengaruhi oleh filsafat rasionalisme dan empirisme yang saat itu memiliki pengaruh yang kuat di Eropa.

KESIMPULAN :
Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat, yaitu :
1.      Akibat kekuatan supranatural
2.      Kemasukan roh atau setan
3.      Dianggap kriminal karena memilih derajad kebinatangan yang besar
4.      Dianggap memiliki cara berpikir irasional
5.      Dianggap sakit
6.      Merupakan reaksi terhadap tekanan atau stres, merupakan perilaku maladaptif
7.      Melarikan diri dari tanggungjawab

Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit Tahun 1724 pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Tahun 1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit ketubuhan terutama otak. Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya.



PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL

(1)     Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

(2)     Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus. Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

(3)     Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar