Hubungan
Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang melandasi
komunikasi interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal adalah
dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan,
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Manusia
merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan
pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukandalam lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan
manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya
akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu,
karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal. Dalam
bagian ini perlu diketahui tentang pengertian hubungan interpersonal,
tahap-tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam komunikasi interpersonal,teori-teori hubungan interpersonal
dan ciri-ciri hubungan interpersonal yang baik.
I.
Model-model
Hubungan Interpersonal
Model-model Hubungan Interpersonal:
(1) model pertukaran sosial (social
exchange model)
(2) model peranan (role model)
(3) model permainan (the “games people play”
model)
(4) model interaksional (interactional model)
II.
Model
Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai
berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa
setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
III.
Hubungan
Peran
Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan
tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik
peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban,
tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Konflik peranan terjadi bila
individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang
kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai polisi untuk
menangani perkara anaknya, atau wanita muda yang memainkan peranan istri, ibu,
dan pengacara sekaligus, atau bila individu merasa bahwa ekspektasi peranan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan konsep diri yang
dimilikinya.
IV.
Intimasi
dan Hubungan Pribadi.
Pendapat beberapa ahli
mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
ü Shadily
dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang
didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
ü Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang
lain.
ü Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
ü Levinger
& Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang
berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu.
Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang
berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi
lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan,
pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk
perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung
jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
ü Atwater
(1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan
juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena
apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah
satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi
adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu
terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup
untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
V.
Intimacy
dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah
menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal dan tidak
menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari bahwa
hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan
kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang
yang berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus .Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.
SUMBER :
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper
saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori
- teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi,
Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Nasution, Noehi dkk. 1992. Psikologi pendidikan.
Jakarta: Depdikbud
Payitno, Elida. 1991. Psikologi perkembangan.
Jakarta: Depdikbud.
Wargito, Bimo. 1989. Pengantar psikologi umum.
Yogyakarta: Andy Yogyakarta
Atikison L. Rita, dkk (1983). Pengantar
psikologi. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar