SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Sejarah
kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan
mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap
gangguan mental di dunia Barat, yaitu :
1.
Akibat kekuatan supranatural
2.
Kemasukan roh atau setan
3.
Dianggap kriminal karena memilih derajad kebinatangan yang besar
4.
Dianggap memiliki cara berpikir irasional
5.
Dianggap sakit
6.
Merupakan reaksi terhadap tekanan atau stres, merupakan perilaku maladaptif
7.
Melarikan diri dari tanggungjawab
Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit Tahun 1724 pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Tahun 1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit ketubuhan terutama otak. Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya.
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
umumnya digunakan dalam
kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan,
baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai
keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada
keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam
ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika
kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya
adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa
ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus
dirinya secara layak. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan
ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang
yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat
digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
pengertian sehat mental
tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh
karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan
budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari
kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan
antara individu dengan lingkungannya.
Orientasi
Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan
mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang
menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah
akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang
sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya
perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran
tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan
perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau
menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan
dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya
tujuan-tujuan perseorangan sekaligus
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Dalam
ilmu pikologi kita mengenal banyak sekali teori, diantara berbagai teori
tersebut ada satu teori yang berhubungan erat dengan kesehatan, kepribadian,
sekaligus mental manusia. Teori itu disebut dengan Teori kepribadian sehat.
berikut
penjelasan mengenai kepribadian sehat menurut tiga mazhab :
1)
Aliran Psikoanalisa
Menurut
Sigmund Freud, perilaku manusia merupakan hasil tiga sub sistem dalam
kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, Superego. Id adalah kepribadian
yang menyimpan dorongan-dorogan biologis manusia, sementara Ego berfungsi
menjembatanai tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar dan Superego
adalah “polisi kepribadian yang mewakili dunia luar. Secara singkat, dalam
psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis
(Id), komponen psikologis (Ego) dan komponen sosial (Superego) sehingga dapat
dikatakan kepribadian yang sehat adalah pribadi yang mampu menyeimbangkan
komponen-komponen tersebut.
2)
Aliran Behavioristik
Behavioralisme
lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisa yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tampak. Menurut kaum behavioralis prilaku manusia
dikendalikan oleh faktor lingkungan dan organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat
sosial atau psikologis. Sementara kaum empirismi mengatakan manusia tidak mempunyai
warna mental.
3)
Aliran Humanistik
Menurut
Fromm pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan
individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi
sepenuhnya dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku yang menghasilkan
rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian sehat dan
produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
Definisi Penyesuaian Diri
Secara
sederhana penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai proses yang melibatkan
respons-respons mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha mengulangi
kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik
batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin.
Konsep Penyesuaian Diri yang Baik
Orang
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki
respons-respons yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang
yang neurotic adalah orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani
tugas-tugas secara lengkap.
Penyesuaian Diri adalah Relatif
Penyesuaian
diri adalah relatif karena tidak ada orang yang dapat menyesuaikan diri
secara sempurna. Penyesuaian diri harus dinilai berdasarkan kapasitas individu
untuk mengubah dan menanggulangi tuntutan-tuntutan yang dihadapi dan kapasitas
ini berbeda-beda menurut kepribadian dan tingkat perkembangan.
Penyesuaian Diri versus Moralitas
sering
kali terjadi bahwa imoralitas merupakan akar dari ketidakmampuan menyesuaikan
diri dan sudah pasti penyesuaian diri yang sehat dalam pengertian yang sangat
luas harus juga mencakup kesehatan moral.
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan
kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat terhadap pekerjaan dan
kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan-tuntutan
pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan segera pekerjaan itu menjadi
hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan. Pertumbuhan pribadi tergantung
juga pada skala nilai yang adekuat dan tujuan yang ditetapkan dengan baik,
kriteria yang selalu dapat digunakan seseorang untuk menilai penyesuaian diri.
Skala nilai atau filsafat hidup adalah seperangkat ide, kebenaran, keyakinan,
dan prinsip membimbing seseorang dalam berpikir, bersikap, dan dalam
berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dalam memandang kenyataan dan
dalam tingkah laku sosial, moral dan agama. Seperangkat nilai inilah yang akan
menentukan apakah kenyataan itu besifat mengancam, bermusuhan, sangat kuat,
atau tidak patut menyesuaikan diri dengannya.
ARTI PENTING STRES
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Sedangkan
berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
§ Suatu tanggapan adaptif, ditengahi
oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi
dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang
membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap
seseorang.
§ Sebagai suatu tanggapan penyesuaian,
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan
suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada
seseorang.
§ Stimulus, yaitu stress merupakan
kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan
stressor.
§ Respon, yaitu stress merupakan suatu
respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
§ Proses, yaitu stress
digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Jadi,
stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi.Tetapi, stress dapat
mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung
bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu
tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Efek
dari stress….
·
Membantu sel kanker bertahan hidup
·
Otak jadi menyusut
·
Anak mengalami penuaan dini
·
Efek stres bisa diturunkan ke generasi
berikutnya
·
Memicu gejala depresi
·
Meningkatkan risiko penyakit kroni
·
Risiko stroke meningkat
·
Membahayakan kesehatan jantung
·
Pilek makin memburuk:
General
Adaptation Syndrom (hans selye)
Reaksi
fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai
general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
·
Alarm
reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi
stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau
cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon
yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi
bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot
berkontraksi.
·
The
stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah
mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh.Pada keadaan ini sudah
dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis.Respon ini disebut juga
coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi
masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi
dengan ramah dan sebagainya
·
Stage
of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala
psikosomatik tampak dengan jelas.Gejala psikosomatis antara lain gangguan
penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk
gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.
Hans Selya membagi stress membagi stress dalam
3 tingkatan,
·
Eustress adalah respon
stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan
menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
·
Distress merupakan respon
stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasidistres,merupakan respon
stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu
untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani
bersaing.
Factor
individual dan social penyebab stress..
·
Tuntutan
kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus
dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh
atasan.
·
Perubahan
tanggung jawab dalam kerja.
·
Pekerjaan
yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti
pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang
lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan
stres.
·
Lingkungan
fisik pekerjaan yang tidak nyaman. \
·
Hobi
interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja.
E. Tipe
Stres Psikologi
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis
stres menjadi dua, yaitu:
TEKANAN:
ü Eustress, yaitu hasil dari respon
terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat
membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi
yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan
tingkat performa yang tinggi.
ü Distress, yaitu hasil dari respon
terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
FRUSTASI:
Frustasi
adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan
yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor, masalah
sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai. Frustasi inipun terjadi
juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki dua sisi.
ü Frustasi adalah fakta tidak
tercapainya harapan yang diinginkan.
ü Frustasi adalah perasaan dan emosi
yang menyertai fakta tersebut.
Fustasi
timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu tidak
terwujud, maka dapat menimbulkan frustasi. Frustasi dapat terjadi pada
atlet yang mempunyai sifat pesimis maupun pada atlet yang memiliki sifat
optimis yang sangat tinggi. Atlet yang mempunyai sifat pesimis dapat dikatakan
“kalah sebelum berperang” karena atlet yang memiliki sifat pesimis ini mudah
terkena frustasi sehingga mengalami kegagalan sedikit saja, diangapnya sebagai
kegagalan yang akan terjadi dialami seterusnya.
KONFLIK
Konflik
merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif.
Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan
pendapat dan konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering
menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang
terlibat (Fisher, 2001). Konflik berasal dari kata
kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
KECEMASAN
Kecemasan (Anxiety) adalah
salah satu gejala psikologis yang identik dengan perasaan negative. Beberapa
ahli psikologi menjelaskan pengertian kecemasan dalam berbagai makna. Menurut
Robert S. Weinberg dan Daniel Gold (2007: 78) mendefinisikan kecemasan adalah
sebuah perasaan negatif yang memiliki cirri gugup, rasa gelisah, ketakutan akan
sesuatu yang akan terjadi, dan yang terjadi pergerakan atau kegairahan dalam tubuh.
Kecemasan memiliki dua komponen yaitu terdiri dari kecemasan
kognitif (cognitive anxiety) yang ditandai dengan rasa gelisah dan
ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, sedangkan yang kedua adalah kecemasan
somatik (somatic anxiety) yang ditandai dengan ukuran keadaan fisik
seseorang. Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa(1989: 147) mendefinisikan
sebagai perasaan tidak berdaya, tekanan tanpa sebab yang jelas, kabur, atau
samar-samar.
Symptom Reducing Responses terhadap Stres
Mekanisme Pertahanan Diri ( defense mechanism
) yang biasa digunakan individu untuk di jadikan strategi saat mengurangi
stress:
ü RepresI
ü PengalihaN
ü Sublimasi
ü Proyeksi
ü Pembentukan Reaksi
ü Introyeksi
ü Regresi
Koping
yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit
atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari
proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping
yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut
tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan
menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Strategi
koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
ü Peningkatan kesadaran
terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
ü Pengolahan informasi: suatu
pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan
diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya
yang ada untuk memecahkan masalah
ü Pengubahan perilaku: suatu
tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat
meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
ü Resolusi damai: suatu
perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
Pendekatan Problem Solving
Terhadap Stres
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani
stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah
tempat harus nyaman dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang
menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah
tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang
positif, InsyaAllah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan
secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang
melandasi komunikasi interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Model-model
Hubungan Interpersonal
(1) model pertukaran sosial (social exchange
model)
(2) model peranan (role model)
(3)
model permainan (the “games people play” model)
(4)
model interaksional (interactional model)
Model
Pertukaran Sosial
Thibault
dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model
pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh
analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya.
Hubungan
Peran
Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan
ekspedisi peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan
terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu
dalam kelompok.
Konflik
peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan
peranan yang kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai
polisi untuk menangani perkara anaknya, atau wanita muda yang memainkan peranan
istri, ibu, dan pengacara sekaligus, atau bila individu merasa bahwa ekspektasi
peranan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan konsep diri yang
dimilikinya.
Intimasi
dan Hubungan Pribadi.
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
ü Shadily dan Echols
(1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan
oleh saling percaya dan kekeluargaan.
ü Sullivan (Prager,
1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
ü Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
ü Levinger & Snoek
(Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang
dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya
saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan
dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih
bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan,
pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk
perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung
jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
ü Atwater (1983) mengemukakan
bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam
suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan
intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan
atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan
maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan
langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan
kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan
tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang
harmonis dan langgeng.
Komunikasi
yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi
modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget
apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu
terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu
akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah
menginginkan hal berikut.
Intimacy
dan Pertumbuhan
Apapun
alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah
cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti
proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan
setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati,
dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi
tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan
dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk
bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1)
kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2)
kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki
pernikahan.
(3)
kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk
memegang rahasia.
(4)
kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
(5)
kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .Dalam hal inilah keutamaan
cinta dibutuhkan.
Cinta dan perkawinan
Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah
aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut.
Perkawinan adalah
ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan
seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Memilih
pasangan
ketika
sedang memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara
utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama
kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah
kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum
akad nikah, apakah siap menerima kekurangan-kekurangan tersebut? Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan.
Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang
ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan
adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
Hubungan
dalam perkawinan
1. Tahap
pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan
merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu
pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan
bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
2. Tahap
kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini
pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa
pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang
salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan
perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain,
mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan
minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa
pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan
dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan
pasangannya.
3. Tahap ketiga : pasangan
suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan
diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang
bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang
sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah
tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan
konsultasi perkawinan.
4. Tahap
keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba
tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan
untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah
berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam
mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang nyaman dan tentram.
5. Tahap
kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi
dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan
pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang
dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan
perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya
sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan
pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love
tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat
Dawn.
penyesuaian dan pertumbuhan dalam
perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena
adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu
sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang
bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan
ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga
kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
Perceraian
dan pernikahan kembali
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya,
pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Alternatif
selain Pernikahan
Hidup
melajang ,
PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
Mengubah
sikap terhadap perkerjaan
Definisi nilai perkerjaan
Nilai pekerjaan adalah bahwa nilai dari apa
yang kita kerjakan sebenarnya sangat bergantung kepada cara berpikir kita
terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita
memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau
bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka
tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan
itu.
Apa yang dicari dalam pekerjaan
Yang dicari dalam pekerjaan adalah dimana
bagian dari sebuah perencanaan besar atau bahwa pekerjaan itu menuju proses
terwujudnya suatu yang besar. Kalian mungkin berkata bahwa apa yang orang cari
pada pekerjaan itu semuanya tergantung pada kemauan orang itu sendiri
Fungsi psikologi dari pekerjaan
Fungsi psikologinya yaitu : Meskipun apa kata
orang tentang memiliki pekeraan untuk hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa
setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan
orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk
hidup nyaman seumur hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah
bekerja itu meenuhi kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa
pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai
keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang,
mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau
hasil yang jelas. Contohnya, seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin
meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang
yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy
yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan karena kebutuhan akan
penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)
Proses
dalam memilih perkerjaan
Fase
– fase identitas perkerjaan
·
Tahap
pertama
adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada tahap ini, seseorang umumnya memilih
jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka. Apakah seseorang memilih jurusan
tertentu oleh karena masalah imej jurusan tersebut- ini adalah salah satu
faktor. Bisa juga ia memilih jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua dan
sisi ekonomi atau peluang kerja. Beragam alasan orang memilih jurusan tertentu
di sekolah atau kampus.
·
Tahap
kedua
adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir sesuai
dengan jurusan yang ia pelajari di kampus. Ia tertarik dengan pekerjaan barunya
dan mulai menekuni apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umur 30
tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di perusahaan tempat ia
bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.
·
Tahap
ketiga
adalah pada umur 30 - 38 tahun: Bila seseorang menekuni pekerjaannya pada
fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada phase ini. Kinerjanya umumnya di
atas rata-rata. Gairah kerja semakin bertambah. Ia mungkin mencapai posisi
manager dalam sebuah perusahaan pada phase ini. Karir semakin mantap dan bisa
sampai menduduki posisi Vice President. Ini tergantung berapa bagus kinerjanya
dan berapa baik budaya korporasi di perusahaan.
·
Tahap
keempat
adalah pada umur 38 - 45 tahun: Inilah tahapan atau fase yang tepat untuk
memikirkan ulang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada phase ini biasanya
orang mulai makin sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia tekuni. Ini adalah
fase yang kritis karena pada phase ini akan muncul pertanyaan, "Mau ke
mana arah atau jalur karir yang akan ditempuh?" Pada fase ini persaingan
ke posisi yang lebih tinggi semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang
banyak membuat kebijakan strategis semakin kecil karena persaingan atau ada
orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi
tersebut. Pada saat yang sama, Anda juga ingin merasakan keleluasaan untuk
memberikan keputusan. Ada keinginan untuk membuat keputusan-keputusan yang
lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri
juga; ada self-actualisation- meminjam istilah dari Abraham Maslow.
·
Tahap
kelima
adalah pada umur 45 - 55 tahun: Bila seseorang lolos pada fase ke empat,
biasanya ia akan semakin mantap pada phase ini, khususnya mereka yang memilih
karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta pribadinya. Karirnya
akan semakin bersinar. Ada kematangan baik dalam jiwa dan dalam pekerjaan. Ia
semakin mengerti tujuan perusahaan. Ia makin mengerti relasi dari organisasi
dengan masyarakat luas. Namun, pada fase ini juga orang akan mulai mengalami
kebosanan di pekerjaan kalau salah mengambil keputusan pada tahap kelima.
Jangankan di phase ini, pada phase keempat pun orang sudah mulai merasakan
kebosanan dalam pekerjaan. Gairah kerja hilang karena tidak ada keputusan
berarti yang bisa dilakukan bagi perusahaan.
·
Tahap
keenam
adalah umur 55 - 62 tahun: Orang-orang yang sukses melewati tahap ke empat
dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini.
Kreatifitas muncul; ide-ide baru utuk memperbaiki organisasi melintas dalam
pikiran. Vitalitas orang semakin bertambah dalam pekerjaan pada phase ini.
'Self-actualization' semakin matang dan mulai mempersiapkan diri utuk memasuki
phase terakhir.
·
Tahap
ketujuh
adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana meneruskan
karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia
mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya di kemudian hari. Bila Anda
kebetulan pada fase ini, Anda sudah harus memikirkan bagaimana agar apa yang
sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan dalam track yang benar oleh
penerus Anda.
Memilih
pekerjaan yang cocok
·
Karakteristik
pribadi Sebuah
awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri
sendiri dan kemampuan. Kalian adalah sebuah gabungan unik dari sifat
pribadi,ketertarikan,keahlian dan harga. Semakin baik yang kalian dapat ketahui
mengenai diri kalian sendiri maka lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.Apa
yang paling membuat anda tertarik. contohnya:
Kepribadian Artistik
Karakter: kreatif, imajinasi yang tak pernah
berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati
pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata. Orang artistik
merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola
pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan yang cocok: editor, grafik
desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film,
sutradara, interior desain.
Kepribadian Konvensional
Karakter: menyukai aturan, prosedur yang rapi,
teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung
pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas
asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.
Kepribadian Aktif
Karakter: gigih, berani, suka berkompetisi, penuh
semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik, dan progresif.
Pekerjaan yang cocok: wiraswasta, direktur
program, manajer.
Kepribadian Investigasi
Karakter: analitis, intelektual, ilmiah, menyukai
misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja secara individu,
menggunakan logika.
Pekerjaan yang cocok: analisis sistem
komputer, programmer, dosen, profesor, statistik, dokter.
Kepribadian Realistis
Karakter: realistis, praktis, simpel, bekerja di
luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya, suka bekerja dengan
objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan alat bantu atau mesin.
Pekerjaan yang cocok: tukang listrik,
dokter gigi, insinyur.
Kepribadian Sosial
Karakter: suka membantu orang lain, dapat
berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati, memiliki
empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka berbicara.
Pekerjaan yang cocok: psikolog, guru,
mediator, perawat, entertainer, selebriti.
·
karakteristik
pekerjaan
Waktu luang
·
Jangan
pernah terjebak dengan waktu. Bukan waktu yg mengatur kita, tapi kitalah yang
mengatur waktu:)
·
Coba
sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di
smartphone yang kita miliki
·
Tentukan
prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang
kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
·
Buat
yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja,
waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
·
Pastikan
dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau
produktif.
·
Jangan
melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu
dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
·
Jika
tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga
pekerjaan tuntas diselesaikan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar